Sejarah Komunisme di Dunia
Sebenarnya paham dan ideologi dari komunisme
sudah ada sejak dahulu. Pada tahun 487 M, di Persia pernah muncul seorang laki-laki yang bernama
Mazdak yang menyeru kepada komunisme dan membuat perserikatan manusia dalam hal
harta dan wanita. Gerakan yang dilakukan ini disebut Mazdakiyah. Selain gerakan
Mazdakiyah muncul juga gerakan Qoromithoh yang di serukan oleh Hamdan Qirmith yang
menisbatkan gerakan tersebut dengan paham-paham komunisme pada tahun 288 H, yang
terpopulerkan di daerah Bahrain, Yaman dan Irak
Dan akhirnya muncul paham Marxisme yang dicanangkan oleh Karl Marx (komunisme
modern) dengan bantuan rekannya, Engels
pada tahun 1848 M. Sebagai suatu revolusi komunisme terhadap kapitalisme barat
dan pihak gereja yang sangat mendikte rakyat. Komunisme pada awal kelahiran adalah sebuah
koreksi terhadap paham kapitalisme di awal abad ke-19, dalam suasana yang
menganggap bahwa kaum buruh dan pekerja tani hanyalah bagian dari produksi dan
yang lebih mementingkan kesejahteraan ekonomi.
Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya, Komunisme tetap sebagai suatu gagasan yang bersifat teori sampai munculnya
revolusi komunisme yang populer di Rusia, tahun 1917 M oleh pimpinan Lenin. Munculnya beberapa fraksi internal dalam
komunisme antara penganut komunis teori dan komunis revolusioner yang
masing-masing mempunyai teori dan cara perjuangan yang berbeda dalam pencapaian
masyarakat sosialis untuk menuju dengan apa yang disebutnya sebagai masyarakat
utopia. Sekarang faham ini
menyebar di wilayah yang meliputi: Asia Timur, Asia Utara serta Eropa Timur dan
mulai bermunculan di daerah Afrika.
Sejarah
Komunisme Di Indonesia
Komunisme di
Indonesia memiliki sejarah yang kelam, tokoh-tokoh daaari komunisme Indonesia
di antaranya yaitu Sneevliet, Bregsma dan Tan Malaka (yang terakhir masuk
setelah Sarekat Islam Semarang sudah terbentuk). Alasan kaum pribumi yang
mengikuti aliran tersebut dikarenakan tindakan-tindakannya yang melawan kaum
kapitalis dan pemerintahan, selain itu janji-janji dari propaganda PKI juga
menarik perhatian mereka.
Gerakan Komunis di Indonesia diawali di
Surabaya, yakni di dalam diskusi intern para pekerja buruh kereta api Surabaya
yang dikenal dengan nama VSTP. Awalnya VSTP hanya berisikan anggota orang eropa
dan Indo Eropa saja, namun setelah berkembangnya waktu, kaum pribumi pun ikut
di dalamnya. Salah satu anggota yang menjadi besar adalah Semaun yang kemudian
menjadi ketua SI Semarang (SI Merah). Komunisme Indonesia mulai aktif di
Semarang, yang sering disebut dengan Kota Merah setelah menjadi basis PKI di
era tersebut. Hadirnya ISDV dan masuknya para pribumi ke dalam SI (Sarekat
Islam) menjadikan komunis sebagian cabangnya karena hak otonomi yang diciptakan
Pemerintah Hindia Belanda atas organisasi lepas dan menjadi salah satu ancaman
bagi pemerintah. Konflik dengan SI pusat di Yogyakarta membuat personel
organisasi ini keluar dari keanggotaan SI, setelah disiplin partai atas usulan Haji
Agus Salim disahkan oleh pusat SI.
Setelah itu
ISDV berganti nama menjadi PKI , bermula dengan adanya Persetujuan Prambanan
yang memutuskan akan ada pemberontakan besar-besaran di seluruh Hindia Belanda.
Tan Malaka yang tidak setuju karena komunisme di Indonesia kurang kuat mencoba
menghentikannya. Namun para tokoh PKI tidak mau menggubris usulan itu kecuali
mereka yang ada di pihak Tan Malaka. Pemberontakan itu terjadi pada tahun 1926-1927 yang berakhir dengan kehancuran PKI dengan mudah oleh pemerintah Hindia
Belanda. Para tokoh PKI menganggap kegagalan itu karena Tan Malaka mencoba
menghentikan pemberontakan dan memengaruhi cabang PKI untuk melakukannya.
Gerakan PKI lahir pula pada masa Perang Kemerdekaan Indonesia yang diawali
oleh kedatangan Muso secara misterius dari Uni Soviet ke Negara Republik (Saat itu masih beribu kota di Yogyakarta). Sama
seperti Soekarno dan tokoh pergerakan lain, Muso berpidato dengan lantang di Yogyakarta
dengan kepercayaannya yang murni komunisme. Disana ia juga mendidik calon-calon
pemimpin PKI seperti D.N. Aidit. Musso dan pendukungnya kemudian menuju ke Madiun. Disana ia dikabarkan mendirikan Negara Indonesia sendiri yang berpaham
komunis. Gerakan ini didukung oleh salah satu menteri Soekarno, yaitu Amir Syarifuddin. Divisi Siliwangi
akhirnya maju dan mengakhiri pemberontakan Muso ini. Beberapa ilmuwan percaya
bahwa ini adalah konflik intern antarmiliter Indonesia pada waktu itu.
Pasca Perang Kemerdekaan Indonesia tersebut PKI
menyusun kekuatannya kembali. Didukung oleh Soekarno yang ingin menyatukan semua aspek masyarakat Indonesia saat itu, dimana
antar ideologi menjadi musuh masing-masing, PKI menjadi salah satu kekuatan
baru dalam politik Indonesia. Permusuhan itu tidak hanya terjadi di tingkat
atas saja, melainkan juga di tingkat bawah dimana tingkat anarkisme banyak terjadi antara tuan tanah dan para kaum rendahan. Namun Soekarno
menjurus ke kiri dan menganak-emaskan PKI. Akhirnya konflik dimana-mana
terjadi. Ada suatu teori bahwa PKI dan militer yang bermusuhan akan melakukan kudeta. Yakni PKI yang mengusulkan Angkatan Perang Ke 5 (setelah AURI, ALRI, ADRI
dan Kepolisian) dan isu penyergapan TNI atas Presiden Soekarno saat ulang tahun
TNI. Munculah kecurigaan antara satu dengan yang lain. Akhirnya dipercaya
menjadi sebuah insiden yang sering dinamakan dengan Gerakan 30 September.
Ada kemungkinan Indonesia menjadi negara komunis andai saja PKI berhasil
berkuasa di Indonesia pada saat itu. Namun hal tersebut tidak menjadi kenyataan
setelah terjadinya kudeta dan pengkambing hitaman komunisme sebagai dalang
terjadinya insiden yang dianggap pemberontakan pada tahun 1965 yang lebih dikenal dengan Gerakan 30 September. Hal ini juga membawa
kesengsaraan luar biasa bagi para warga Indonesia dan anggota keluarga yang
dituduh komunis meskipun belum tentu kebenarannya. Diperkirakan antara 500.000
sampai 2 juta jiwa manusia dibunuh di Jawa dan Bali setelah peristiwa Gerakan 30 September. Hal ini merupakan
halaman terhitam sejarah negara Indonesia. Para tertuduh yang tertangkap
kebanyakan tidak diadili dan langsung dihukum. Setelah mereka keluar dari ruang
hukuman mereka, baik di Pulau Buru atau di penjara, mereka tetap diawasi dan dibatasi ruang geraknya dengan
penamaan Eks Tapol.