Kamis, 19 April 2012

Komunisme



Sejarah Komunisme di Dunia
Sebenarnya paham dan ideologi dari komunisme sudah ada sejak dahulu.  Pada tahun 487 M, di Persia pernah muncul seorang laki-laki yang bernama Mazdak yang menyeru kepada komunisme dan membuat perserikatan manusia dalam hal harta dan wanita. Gerakan yang dilakukan ini disebut Mazdakiyah. Selain gerakan Mazdakiyah muncul juga gerakan Qoromithoh yang di serukan oleh Hamdan Qirmith yang menisbatkan gerakan tersebut dengan paham-paham komunisme pada tahun 288 H, yang terpopulerkan di daerah Bahrain, Yaman dan Irak
Dan akhirnya muncul paham Marxisme yang dicanangkan oleh Karl Marx (komunisme  modern) dengan bantuan rekannya, Engels pada tahun 1848 M. Sebagai suatu revolusi komunisme terhadap kapitalisme barat dan pihak gereja yang sangat mendikte rakyat. Komunisme pada awal kelahiran adalah sebuah koreksi terhadap paham kapitalisme di awal abad ke-19, dalam suasana yang menganggap bahwa kaum buruh dan pekerja tani hanyalah bagian dari produksi dan yang lebih mementingkan kesejahteraan ekonomi.
Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya, Komunisme tetap sebagai suatu gagasan yang bersifat teori sampai munculnya revolusi komunisme yang populer di Rusia, tahun 1917 M oleh pimpinan Lenin. Munculnya beberapa fraksi internal dalam komunisme antara penganut komunis teori dan komunis revolusioner yang masing-masing mempunyai teori dan cara perjuangan yang berbeda dalam pencapaian masyarakat sosialis untuk menuju dengan apa yang disebutnya sebagai masyarakat utopia. Sekarang faham ini menyebar di wilayah yang meliputi: Asia Timur, Asia Utara serta Eropa Timur dan mulai bermunculan di daerah Afrika.
Sejarah Komunisme Di Indonesia
Komunisme di Indonesia memiliki sejarah yang kelam, tokoh-tokoh daaari komunisme Indonesia di antaranya yaitu Sneevliet, Bregsma dan Tan Malaka (yang terakhir masuk setelah Sarekat Islam Semarang sudah terbentuk). Alasan kaum pribumi yang mengikuti aliran tersebut dikarenakan tindakan-tindakannya yang melawan kaum kapitalis dan pemerintahan, selain itu janji-janji dari propaganda PKI juga menarik perhatian mereka.
 Gerakan Komunis di Indonesia diawali di Surabaya, yakni di dalam diskusi intern para pekerja buruh kereta api Surabaya yang dikenal dengan nama VSTP. Awalnya VSTP hanya berisikan anggota orang eropa dan Indo Eropa saja, namun setelah berkembangnya waktu, kaum pribumi pun ikut di dalamnya. Salah satu anggota yang menjadi besar adalah Semaun yang kemudian menjadi ketua SI Semarang (SI Merah). Komunisme Indonesia mulai aktif di Semarang, yang sering disebut dengan Kota Merah setelah menjadi basis PKI di era tersebut. Hadirnya ISDV dan masuknya para pribumi ke dalam SI (Sarekat Islam) menjadikan komunis sebagian cabangnya karena hak otonomi yang diciptakan Pemerintah Hindia Belanda atas organisasi lepas dan menjadi salah satu ancaman bagi pemerintah. Konflik dengan SI pusat di Yogyakarta membuat personel organisasi ini keluar dari keanggotaan SI, setelah disiplin partai atas usulan Haji Agus Salim disahkan oleh pusat SI.
Setelah itu ISDV berganti nama menjadi PKI , bermula dengan adanya Persetujuan Prambanan yang memutuskan akan ada pemberontakan besar-besaran di seluruh Hindia Belanda. Tan Malaka yang tidak setuju karena komunisme di Indonesia kurang kuat mencoba menghentikannya. Namun para tokoh PKI tidak mau menggubris usulan itu kecuali mereka yang ada di pihak Tan Malaka. Pemberontakan itu terjadi pada tahun 1926-1927 yang berakhir dengan kehancuran PKI dengan mudah oleh pemerintah Hindia Belanda. Para tokoh PKI menganggap kegagalan itu karena Tan Malaka mencoba menghentikan pemberontakan dan memengaruhi cabang PKI untuk melakukannya.
            Gerakan PKI lahir pula pada masa Perang Kemerdekaan Indonesia yang diawali oleh kedatangan Muso secara misterius dari Uni Soviet ke Negara Republik (Saat itu masih beribu kota di Yogyakarta). Sama seperti Soekarno dan tokoh pergerakan lain, Muso berpidato dengan lantang di Yogyakarta dengan kepercayaannya yang murni komunisme. Disana ia juga mendidik calon-calon pemimpin PKI seperti D.N. Aidit. Musso dan pendukungnya kemudian menuju ke Madiun. Disana ia dikabarkan mendirikan Negara Indonesia sendiri yang berpaham komunis. Gerakan ini didukung oleh salah satu menteri Soekarno, yaitu Amir Syarifuddin. Divisi Siliwangi akhirnya maju dan mengakhiri pemberontakan Muso ini. Beberapa ilmuwan percaya bahwa ini adalah konflik intern antarmiliter Indonesia pada waktu itu.
            Pasca Perang Kemerdekaan Indonesia tersebut PKI menyusun kekuatannya kembali. Didukung oleh Soekarno yang ingin menyatukan semua aspek masyarakat Indonesia saat itu, dimana antar ideologi menjadi musuh masing-masing, PKI menjadi salah satu kekuatan baru dalam politik Indonesia. Permusuhan itu tidak hanya terjadi di tingkat atas saja, melainkan juga di tingkat bawah dimana tingkat anarkisme banyak terjadi antara tuan tanah dan para kaum rendahan. Namun Soekarno menjurus ke kiri dan menganak-emaskan PKI. Akhirnya konflik dimana-mana terjadi. Ada suatu teori bahwa PKI dan militer yang bermusuhan akan melakukan kudeta. Yakni PKI yang mengusulkan Angkatan Perang Ke 5 (setelah AURI, ALRI, ADRI dan Kepolisian) dan isu penyergapan TNI atas Presiden Soekarno saat ulang tahun TNI. Munculah kecurigaan antara satu dengan yang lain. Akhirnya dipercaya menjadi sebuah insiden yang sering dinamakan dengan Gerakan 30 September.
            Ada kemungkinan Indonesia menjadi negara komunis andai saja PKI berhasil berkuasa di Indonesia pada saat itu. Namun hal tersebut tidak menjadi kenyataan setelah terjadinya kudeta dan pengkambing hitaman komunisme sebagai dalang terjadinya insiden yang dianggap pemberontakan pada tahun 1965 yang lebih dikenal dengan Gerakan 30 September. Hal ini juga membawa kesengsaraan luar biasa bagi para warga Indonesia dan anggota keluarga yang dituduh komunis meskipun belum tentu kebenarannya. Diperkirakan antara 500.000 sampai 2 juta jiwa manusia dibunuh di Jawa dan Bali setelah peristiwa Gerakan 30 September. Hal ini merupakan halaman terhitam sejarah negara Indonesia. Para tertuduh yang tertangkap kebanyakan tidak diadili dan langsung dihukum. Setelah mereka keluar dari ruang hukuman mereka, baik di Pulau Buru atau di penjara, mereka tetap diawasi dan dibatasi ruang geraknya dengan penamaan Eks Tapol.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar